damaiduniaku

kedamaian akan menunjukkan dirinya pada dunia..... Sambut dan berdamailah dengannya....

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Jakarta, Jakarta, Indonesia

Seorang Anak Manusia yang mencari jati dirinya...

Senin, 17 Agustus 2009

BENARKAH MANUSIA DALAM KERUGIAN ?

MANUSIA DAN WAKTU ”

Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan kesabaran”
(QS. Al – Ashr ; 103: ayat 1 - 3 )

Pendahuluan.
Sebuah pertanyaan besar yang senantiasa dipertanyakan manusia pada dirinya adalah siapa sebenarnya manusia itu ?. Pertanyaan inilah yang selalu menarik perhatian manusia. Khususnya kalangan eksistensialisme yang selalu ingin mengupas jati diri manusia sebenarnya. Kemudian tentunya satu pertanyaan ini akan memunculkan cabang-cabang pertanyaaan lainnya. Misalnya, apakah manusia itu mahkluk yang sempurna? Untuk apa manusia diciptakan dan hidup di dunia ini?, Kemudian bagaimana seharusnya menyikapi waktu yang terus berjalan sehingga bisa mencapai tujuannya? Pertanyaan-pertanyaan yang selalu menimbulkan decak misteri!
Pertanyaan-pertanyaan itu tentunya berusaha untuk dijawab manusia. Akan tetapi disini, Al Qur’an sebagai sumber wahyu yang memberikan pencerahan (petunjuk) kepada akal manusia, memberikan sebuah indikasi akan pentingnya “waktu”. Misalnya dalam QS. Al Ashr, Allah bahkan bersumpah dengan ashr,( waktu ) untuk menyebutakan bahwa sesungguhnya manusia dalam keadaaan merugi. Tentunya hal ini datang dengan berbagai konsekuen yang akan dijalani manusia. Kalau begitu, untuk apa kita hidup di dunia ini jika terus dalam keadaan merugi?
Akan tetapi Allah swt tidak berhenti di situ, Manusia dengan segala potensi yang telah di berikan Allah diharapkan mampu dan mempunyai kesempatan untuk mengubah semua itu. Masih dalam surat ini Allah meberikan jalan, sehingga mereka dapat terhindar dari kerugian, bahkan akan mendapatkan kebahagiaaan. Yaitu orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal soleh dannasehat menasehati supaya menaaati kebenaran dan kesabaran” (QS. Al – Ashr ; 103: 3 ). Empat hal inilah yang harus dipenuhi manusia sehingga terhindar dari kubangan kerugian yang selalu menyelubunginya.

Benarkah Manusia di Dalam Kerugian ?
Manusia dan waktu. Dua kata ini akan selalu bersama-sama, berjalan dan tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Ketika Allah menciptakan manusia di dunia ini, maka konsekuensi yang diterima manusia adalah bagaimana manusia dapat mengguanakan waktu, untuk mencapai tujuannya. Bahkan hubungan keduanya akan selalu bersama dan tiada akhir. “ Perjalanan manusia mempunyai awal, akan tetapi ia tidak punya akhir ”.1
Salah satu konsekuensi dari hubungan itu adalah muncul pertanyaan, sejauh mana manuisa tersebut memanfaatkan waktu?. Dan apakah akibatnya yang akan diterima manuisa jika menyia-nyiakan waktu?. Hal ini sudah dijawab oleh Sang Pencipta, Allah Swt. dalam QS Al Ashr, bahwa sesungguhnya manusia di dalam kerugian!. Yang sebelumnya, bahkan Allah telah bersumpah dengan nama waktu. Hal ini secara tidak langsung mengindikasikan akan pentingnya waktu.
Allah bersumpah dengan ashr, yang arti harfiahnya adalah “memeras sesuatu sehingga ditemukan apa yang tersembunyi padanya” untuk menyatakan bahwa ,” Demi masa, saat manusia mencapai hasil setelah memeras tenaganya, sesungguhnya ia merugi apapun hasil yang dicapainya itu, kecuali orang yang beriman dan beramal saleh”2
Kerugian adalah sesuatu yang datang dan disadari setelah berlalunya waktu_yang berkepanjangan_,yakni paling tidak akan disadari (penyesalan itu) pada waktu ashr. _kehidupan menjelang akhir hayat manusia. Karena ashr adalah waktu ketika matahari akan terbenam.3 Hal itu agaknya yang menjadikan Allh mengkaitkan kerugian manusia dengan kata “ ashr ”secara umum untuk menunjukkan bahwa penyesalan akan kerugian itu datangnya kemudian.
“ Manusia berada di dalam kerugian”. kalimat ini mengisyaratkan bahwa manusia selalu di dalam wadah kerugian secara total. Segala bentuk daya upaya dan usaha manusia tidak terlepas dari kerugian. Hal ini tentunya dihubungkan dengan “waktu”, seberapa jauh manusia mampu memanfaatkan waktu yang hanya sebentar ini.

Petunjuk Allah dalam Menghindari Kerugian.
Walupun manusia selalu di dalam kerugian, akan tetapi ada manusia-manuisa yang dapat menghindar dari kerugian, atau paling tidak meminimalisir kerugian di dalam kehidupannya. Manusia dengan potensinya, diharapkan mampu memenejemen waktu dengan sebaik-baiknya. “ Manusia adalah hewan secara aktual dan manusia secara potensial”4. Hubungan manusia dengan waktu yang tak terpisahkan, menimbulkan konsekuensi bahwa waktu harus diisi dengan berbagai aktifitas yang menguntungkan.
Untuk itu, kemudian Allah Swt memberi petunjuk kepada manusia _yang tentunya mau menggunakan potensinya­_. Pada ayat 3 ini Allah Swt memberikan empat hal yang dapat mengangkat manusia dari kubangan / wadah keruggian dan kecelakaan besar. yaitu “(Kecuali) orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal soleh dan nasehat menasehati supaya menaaati kebenaran dan kesabaran”
Sebenarnya keempat hal tersebut dapat tercakup dalam sebuah kata “amal”. namun dirinci secara jelas sehingga manuisa dapat memaknainya dan tentunya menjalankannya sehingga terhindar dari kerugian. Dan lebih spesifik tertuamg dalam istilah “amal saleh”. Kemudian yang terpenting di sini adalah kata “Iman”. Banyak pakar yang mengatakan bahwa Iman adalah pembenaran hati terhadap hal yang didengar oleh telinga.5
Akan tetapi tidak hanya itu, Iman adalah pembenaran dalam hati, pengucapan dengan lisan dan di laksanakan dengan amal perbuatan. Sehingga saya melihat terdapat dua kata kunci utama yang harus selalu dipegang dan digunakan oleh manusia agar terhindar dari pintu-pintu kerugian. Yaitu “iman” dan “amal saleh”. Sebagaimana dalam QS. Al Furqan; 29, “kemudian kepada amal-amal (baik) mereka (orang-orang yang tidak percaya), lalu kami mewujudkan amal-amal itu sia-sia bagai debu yang beterbangan”. Hal ini menunjukkan pada kita bahwa amal sale tanpa iman tidak akan di terima oleh Allah Swt, sehingga amal-amal ini tetap menjadi kesiasiaan yang membawa kepada kerugian.

Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang memiliki segudang potensi. Dengan potensinya manusia diharapkan mampu untuk menjadi lebih sempurna (paripurna). Dan untuk itu wahyu berperan di dalam membimbing manusia (dengan potensi akal) menuju kearah yang lebih cerah dan terjauh dari kerugian-kerugian. Sehingga Manusia menjadi manusia yang sebenarnya. “ To be a man is to become a man” 6 Kita sebagai manusia adalah untuk menjadi manuisa.
Dan hubungannya dengan pemanfaatan waktu, Allah telah mengisyaratkan untuk mengisinya dengan amal saleh Tentunya amal saleh yang didasari oleh “keimanan” kepada Allah Swt, dengan menggunakan potensi manusia berupa akal dan “ Ilmu”. Dan ketika hal ini sudah terpenuhi maka otomatis manusia _secara pribadi_sudah terhindar dari berbagai kerugian, baik di dunia maupun di akhirat. Walaupun belum seratus persen, karena perlunya saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran Sehingga seluruh manusia yang beriman dan beramal saleh tersebut mau mengajak semua manusia terhindar dari kerugian. Untuk itu manusia akan mendapatkan ganjaran di dunia maupun di akhirat. “ Dan barang siapa yang mengamalkan kebajikan walupun sebesar biji sawi, niscaya ia akan mendapatkannya ganjarannya ” (QS. Al Zalzalah : 7)
Demikian besar kasih sayang Allah Swt. kepada manusia sehingga terhindar dari kerugian dan kecelakaan yang besar. Hal ini terbukti dalam QS Al Ashr yang mengaitkan waktu dan amal, serta sekaligus memberikan petunjuk bagiaman seharusnya mengisi waktu. Sebagaimana komentar Imam Syfi’I yang dalam mengenai surat ini.


Kalaulah manusia memikirkan kandungan surat ini, sesungguhnya cukuplah surat ini (menjadi petunjuk bagi kehidupan mereka)






BIBLIOGRAFI

v Al Qur’an Al Karim, Terjemahan
v Hasan, Fuad, “ Berkenalan dengan Eksistensialisme” Pustaka Jaya. Jakarta: 1997
v Sihab, M. Quraish. “ Tafsir Al Misbah” vol; 15, Lentera Hati. Jakarta; Cet 2007.
v ____, ________. “ Wawasan Al Qur’an” Mizan. Bandung : 2001
v Muthahari, Murtadha. “ Mannusia Sempurna” . Penerbit Lentera. Jakarta: 2003

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda