damaiduniaku

kedamaian akan menunjukkan dirinya pada dunia..... Sambut dan berdamailah dengannya....

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Jakarta, Jakarta, Indonesia

Seorang Anak Manusia yang mencari jati dirinya...

Senin, 07 September 2009

“IDE”
Dalam Pandangan Locke, Berkley dan Hume
( Sebuah Perbandingan Kritis-Analitis )

Pendahuluan.
Ide, pengetahuan, pengalaman, atau apapun kita menyebutnya adalah sesuatu yang sangat dekat dengan manusia. Tanpanya manusia hanyalah seekor binatang, karena manusia pada hakikatnya adalah hewan yang berpikir (zoon politicon). Manusia dengan potensi akalnya mampu mendapatkan berbagai hal, termasuk tentang nama segala sesuatu, ide-ide, dan berbagai pengetahuan. Berbagai cara telah ditempuh untuk mempelajari ilmu pengetahuan mengenai manusia dan menjelaskan prinsip-prinsip sifat alamiah manusia. Berbagai teori dan penelusuran dalam mencari makna ide ini terus dilakukan, bahkan sejak masa awal peradaban manusia.

Pada kesempatan kali ini, saya akan berusaha menelusuri pemikiran beberapa filosuf yang mencoba mencari dan bahkan membenarkan temuan teori mereka tentang “ide”. Disini “Ide” menjadi sangat penting untuk dibicarakan karena bebagai persoalan dan pemahaman mulai muncul dan berkecamuk dari konsep ini. Sehingga banyak sekali aliran filsafat yang mencoba mencari makna tentang “ide” ini. Untuk itu saya akan mengkhususkan penelitian pada pemikiran filsafat empiristik, terutama pada tiga tokoh utama aliran ini, yaitu John Locke, Berkeley, and David Hume. Ketiganya diharapkan dapat memberikan sebagian perspektif didalam melihat “ide” dengan dasar pengalaman idrawi.

Apa sebenarnya yang mereka konsepsikan tentang “ide”? Bagaimana mereka menyusun teori tentang ide dan apa argument mereka? Dan bagaimana perbedaan pandangan mereka antara satu dengan yang lainnya? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan berusaha saya jawab dengan metode kritis-analitis. Untuk itu di dalam penulisannya, akan menganalisa satu-persatu untuk mengetahui kekhasan teori mereka dan kemudian membuat sintesa dan perbandingan. Dan akhirnya akan tampak perbedaan pandangan mereka dalam kesimpulan beserta pemaknaan saya terhadap hasil penelitian ini.

Secara umum, didalam melihat ketiga tokoh diatas,_sebagai seorang empiristis_pastilah mereka mendasarkan pengetahuan mereka pada pengalaman indrawi. Di dalam teori mereka tentang pengetahuan, mereka mengarah kepada pandangan bahwa pengalaman indrawi adalah sumber yang pasti di dalam memperoleh pengetahuan atau “ide”. Lebih jauh lagi saya melihat bahwa mereka menganggap ide sebagai sesuatu yang pasif. Mereka menganggap bahwa semua dunia material bagi pengetahuan itu sendiri adalah terpisah dari diri kita, hal ini akan tampak dalam kritikan mereka terhadap pandangan rasionalisme. Sehingga terkesan disini bahwa mereka berusaha “membatasi” pengetahuan.

Walaupun secara umum, mereka sama-sama mendasarkan pada pengalaman indrawi, akan tetapi tentu ketiganya mempunyai pemikiran yang berbeda. Dalam thesis awal saya, perbedaan ketiga tokoh tersebut akan tampak pada persoalan “sumber ide” dan “bagaimana ide itu mereka dapatkan”. Dan konsekuensinya adalah terhadap konsep atau pemaknaan mereka tentang “ide” itu sendiri. Secara singkat dapat saya gambarkan sebagai berikut; Locke melihat “ide” diperoleh di dalam pikiran kita dari segala sesuatu di luar kita melalui pencerapan indrawi manusia. Berkeley, mengarah pada pendapat bahwa ide-ide itu ada disebabkan oleh adanya spirit (Tuhan) dan Hume, lebih berbeda dari yang lain ketika menolak keberadaan sesuatu yang menjadi sumber ide, tetapi melihat ide sebagai sesuatu yang hanya dihasilkan oleh indra lewat kebiasaan-kebiasaan atau disebutnya dengan bundle persepsi, sehingga argumentnya lebih lengkap.dan lebih skeptis.

Ini akan lebih jelas dalam pemaparan dan hasil penelitian yang akan kita lakukan dalam makalah singkat ini. Tentunya dengan menunjukkan lebih dalam lagi pemaknaan mereka terhadap “ide” dan bagaimana mereka menguatkan teori mereka. Untuk itu disini juga memungkinkan saya untuk memunculkan kritik terhadap konsep “ide” yang mereka munculkan.

A. John Locke. (1632 – 1704 M)
Locke adalah seorang perintis empirisme. Pertama kali yang dia lakukan sebelum memunculkan teori empirisme-nya adalah dengan mengkritik atau membantah doktrin Cartesian tentang “innate ideas”. Dia tidak setuju dengan doktrin yang mengatakan bahwa pengetahuan kita diperoleh dari prinsip-prinsip a priori dalam pemikiran manusia, yang menyatakan bahwa manusia sudah mempunyai ide, gambaran atau pengetahuan tentang sesuatu dalam kehidupannya, bahwa ide itu ada dan dibawanya sejak lahir. Menurutnya pikiran kita harus dilihat sebagai “kertas putih” yang kosong atau “tabula rasa” yang diisi dengan pengalaman-pengalaman indrawi kita. Kemudian, lebih lanjut dia ingin mengatakan bahwa innate idea itu tidak ada, yang ada hanyalah “persepsi” dan “sensasi”. Mungkin ini dua kata yang akan digunakan Locke didalam memunculkan teorinya dan mengganti pemakaian kata “ideas” yang sering dipakai kalangan rasionalis. Walaupun disini Locke akan mencoba memberikan perspektif lain tentang “ide” ini dengan basis emprismenya yaitu pengalaman indrawi.

Sebagai seorang Filosuf, dia berusaha untuk menunjukkan independensi dan usaha dalam sebuah pemaknaan terhadap “ide”. Sebagaimana Descartes, dia memandang “ide” sebagai sesuatu yang paling mewakili di dalam pikiran kita. Dan ini menjadi sangat berbeda dengan Descartes ketika mengeluarkan teori utamanya tentang mengakui bahwa tidak ada cara untuk mengetahui sesuatu diluar kita kecuali dengan pengalaman indrawi. Sebagai seorang Empiris, Locke menegaskan bahwa pengetahuan datang hanya dengan ide-ide indrawi(pengalaman indrawi). Lebih jauh lagi dia mengklaim bahwa untuk mengetahui tentang sebab-sebab semua ide kita tidak akan pernah terlepas dari objek itu sendiri. Apa yang diamaksudkannya??? Ini akan tampak pada pendapatnya tentang adanya kualitas pada objek yang dipersepsi.

Teori pengetahuan Locke.
Menurut Locke, semua ide pemikiran kita hanya memiliki satu sumber yaitu pengalaman indrawi. Hal ini menunjukkan bahwa asal mula pengetahuan kita ada pada pengalaman indra kita, melalui gambaran penerimaan akal yang dibuat oleh objek dari luar. Satu-satunya sumber lain pengetahuan adalah refleksi kita terhadap pengalaman indra, seperti berpikir, ragu, dan yakin. Locke mengambil alih pandangan Descartes atas ide sebagai segala sesuatu yang disadari, dipikirkan, tentang segala objek yang pemikiran.1

Sebelumnya disini saya akan berusaha melihat jalan pikiran Locke dalam merumuskan atau menjelaskan proses pengetahuan itu ada dalam diri seseorang. Misalnya; bagaimana kita mempunyai pengetahuan tentang “kursi” Pertama kursi itu dipersepsi atau dicerap oleh indra kita, dimana sisi luar dari sesuatu yang material (kursi) adalah objek dari sensasi kita terhadapnya, dan ketika itu pikiran kita mengetahuinya sebagai proses dari “refleksi”. Dari data indrawi tadi, kita mendapatkan ide sederhana seperti kayu, warna coklat, besar, atau kursi. Kita meneliti juga sesuatu yang lain dari kursi itu sehingga kita mendapatkan ide sederhana tentang kursi. Dari ide sederhana ini, pikiran kita menghuungkannya dengan realitas yang ada diluar, dengan ciri-ciri dan sifat yang kita dapatkan sebelumnya, kita mengetahui bahwa itu adalah kursi, dan ini adalah proses abstraksi dalam pikiran kita. Dan akhirnya kita mempunyai ide yang lebih sempurna dan kompleks seperti subtansi, hubungan, dan model.

Disni dapat kita lihat bahwa Locke juga mengambil ide Descartes mengenai zat fisik, yang menyusun perbedaan antara kualitas primer dan kualitas skunder.2 Ini terlihat dalam proses “sensasi” dan “persepsi” terhadap objek pengetahuan tersebut. Sebagai seorang empiris, Locke hanya bisa tahu mengenai apa yang tercipta menurut persepsi indra. Dia tidak bisa menyatakan mengetahui segala sesuatu dengan kejelasan dan kejernihan ide pemikiran rasional atau dengan bantuan Tuhan. Lalu bagaimana dia mengetahui objek yang ada diluar kita. Inilah tampak akan adanya klaim keterbatasan akal dalam diri manusia menurut kalangan empirisme.

Teori Locke ini akan lebih jelas ketika kita melihat hubungan antara pembedaan dua macam ide dengan perbedaan antara kualitas yang ditemukan dalam objek materi. Kita harus membedakan ide sebagai persepsi didalam pikiran dan sebagai modifikasi materi pada objek yang menyebabkan adanya persepsi. Untuk itu kita tidak dapat menerima begitu saja bahwa ide kita adalah gambaran pasti tentang sesuatu dalam objek yang menyebabkan mereka. Kekuatan untuk memproduksi ide dalam diri kta disebut Locke sebagai kualitas. Kualitas yang dapat dpersepsi dengan lebih dari satu indra dia sebut sebagai kualitas primer dan kualiatas yang dapat dipersepsi hanya dengan satu indra dia sebut dengan kualitas sekunder. Pembedaan ini bukan sebuah penemuan yang baru, ini sudah diungkapkan Aristoteles yang membedakan common sensible sebagai kualitas primer dan proper sensible sebagi kualitas sekunder.3

Locke mengklaim bahwa hanya kualitas primer yang tidak terpisah dari objek tersebut (bodi) misalnya bentuk dan ukuran pasti melekat pada tubuh materi. Hal ini sangat berbeda dengan Descartes yang juga menggunakan argument yang mirip, ketika mengambil batu sebagai contohnya, untuk membuktikan bahwa itu hanya perluasan dari essensi tubuh materi tersebut. Disisi lain, menurut Locke, kualitas sekeunder sebenarnya tidak ada tetapi itu sebagai kekuatan untuk menghasilkan sensasi dalam diri kita. Lebih jauh lagi dia berpendapat bahwa kualitas sekunder tidak selalu subjektif lebih dari objek yang menghasilkan mereka.

Menurut Locke Kualitas primer adalah sisi objektif dari objek yang dicerap seperti luas, gerak, atau massa. Mereka inheren didalam objek. Dan kualitas sekunder adalah sisi subjektif dari sebuah benda. Mereka termasuk dalam segala sesuatu yang kita persepsi dari benda tersebut, seperti sifat kemerahan, kehangatan, dll. Dan sifatnya kondisional dan dapat berubah-ubah sesuai kondisinya. Saya melihat disini Locke berbicara pada status ontological dari dunia eksternal bahwa dengan pandangan kualitas primernya, dia beranggapan bahwa dunia diluar kita ada dan eksis secara objektif dan itu terbebas dari diri kita. Ini tidak selalu menjadi bangunan rasional atau imaginasi kita. Menurutnya, dunia luar itu ada dan mempunyai setatus ontological sebagai keberadaaan yang bersifat materi.

Selanjutnya dia berusaha menjelaskan bagaimana terbentuknya ide sederhana dan ide yang lebih rumit, tetapi sebelumnya disisni ada beberapa alasan mengapa Locke membagi objek kedalam dua sifat tersebut, yaitu;
Alasan-alasan itu adalah;4
Karena kita tidak mempunyai ide a priori tetapi melalui pengindraan. Pertama kali, ini sangat sederhana bahwa persepsi diperoleh dalam diri kita dengan sebab luar yang dicerap indra kita, karena indra sendiri tidak pernah mempunyai ide beserta dengan hasil pengindaraan dalam pemikiran kita. Disini fungsi indra hanya sebatas alat dan tidak menghasillkan ide itu sendiri.
Karena Ide dihasilkan dari sensasi yang aktif dan yang lain dari memory yang sangat bebeda dengan persepsi. Yang kedua, karena terkadang kita menemukan bahwa kita tidak menerima ide-ide yang diperoleh dalam pikiran kita. Akan tetapi kita mampu mendapatkan ide dengan membayangkan kembali apa yang pernah kita lihat dan kita indra. Unuk itulah dalam proses pengetahuan dalam Locke dikenal dengan proses refleksi atau imajinasi.
Karena kesenangan atau kesedihan, yang digabungkan sensasi yang aktif, penggabungan tidak mengembalikan ide-ide itu tanpa objek luar. Yang ketiga, bahwa banyak ide itu diproduksi dalam diri kita dengan kesenangan, dimana setelah itu kita mengingat sesuatu karena kita menyenanginya atau sebaliknya. Ini dapat kita lihat sebagai proses yang mendukung terciptanya sebuah ide atau pengetahuan.

Bagaimana kualitas primer menghasilkan ide-ide?.
Ini berkaitan dengan bagaimana indra (organ) mengahasilkan ide dalam pikiran kita, dan bahwa ini sebagai hasil dari rangsangan, dimana satu-satunya cara yang dapat kita mengerti dari mekanisme tersebut. Jika kemudian objek diluar kita tidak bersatu dengan pikiran kita, padahal mereka menghasilkan ide-ide didalamnya dan itulah yang kita persepsi atau lebih tepatnya ada proses sensasi. Kita menerima kualitas asli ini dalam pengindraan kita, ini adalah sebuah keharusan bahwa beberapa mekanisme otak atau rangkaian sensasi, dimana untuk memperoleh ide-ide dalam pikiran kita kita membutuhkan itu semua. Jika kita lihat lebih jauh, maka pandangan ini lebih dapat saya dilihat dalam kajian psikologi, dimana Locke membahas adanya mekanisme dan proses penyerapan oleh indra. Akan tetapi itu juga dapat dilihat dalam tataran epitemologis, bahwa ide itu adalah sesuatu yang telah dihasilkan dalam proses persepsi dan itu menjadi terpisah dengan dunia luar.5

Bagaimana dengan kualitas sekunder? Setelah alasan yang sama bahwa ide dari kualitas primer yang diproduksi, kita mungkin menerima bahwa ide dari kualitas sekunder adalah juga diproduksi. Maka konsekuensinya adalah pertanyaan setatus ontologisnya masih dipertanyakan, bahkan ini menjadi ranah epistemologis ketika kualitas sekunder didapatkan dari hasil subjektifitas pengindra. Ini menjadi ketidak-konsiten-an Locke dan mungkin ini yang akan menjadi salah satu lading kritikan Berkeley di kemudian hari.

Simple Idea dan Kompleks Idea
Ada indikasi bahwa Locke medefinisikan ide sebagai “pikiran” atau pikiran yang dihasilkan ketika proses berpikir. Yang dimaksudkan “ide” disini mungkin lebih mengarah pada “sensasi” atau “refleksi”. Dan mungkin kedua term inilah yang akan merujuk pada teori Simple idea dan kompleks idea.

Menurutnya ide ada dalam pikiran sebagai hasil dari suatu kesan atau mekanisme dalam tubuh, sebagai pruduksi dari beberapa persepsi dalam pemahaman. (Principles II 1, 23). Dia menyamakan anatara ide-ide yang kita punya dengan “persepsi”. Mungkin ini tidak bisa dilepaskan bahwa istilah persepsi juga pernah digunakan oleh para Rasionalis. Peresepsi menurutnya adalah fungsi representative pikiran kita. Disini saya melihat masih adanya ambiguitas antara persepsi dengan ide itu sendiri, apakah persepsi yang dimaksudkan dengan pencerapan indrawi atau persepsi itu sendiri sebagai sebuah ide, atau lebih tepatnya ide sederhana. Dia juga menggunakan istilah sensasi untuk menunjukkan beberapa makna seperti; proses untuk mempunyai ide indrawi, sebagai ekuivalen untuk persepsi indra dan sebagai effek psikologi dalam organ dan otak dan sebagai konsekuensi dari konsep ide nya. Jadi disni jelas bahwa sensasi berperan hanya dalam membentuk apa yang disebutnya dengan ide sederhana, yang kalau dlihat dari kacamata psikologi hanya merupakan hasil dari mekanisme kerja indra dan otak

Kemudian, yang menjadi pertanyaan adalah penggunaan istilah ide. Dalam ide sederhana mungkin dimaksudkan untuk mencakupi gagasan gagasan mental. Akan tetapi ini menjadi sebuah permasalahan dan memunculkan keambiguan. Misalnya ini akan terlihat ketika Locke memberikan gagasan tentang “kemerahan” sebagai contoh dari simple ide dari indra. Itu sama saja bahwa untuk mempunyai ide kemerahan di dalam persepsi, kita sudah menerima sesuatu yang disebut merah. Walaupun kita tidak mempunyai konsep yang jelas dan umum tentang merah itu sendiri. Keambiguan penggunaan istilah ini bukan tanpa alasan, ini merefleksikan juga pada keambiguan dalam berpikir. Locke kurang tegas dalam menghubungkan konsep persepsi dalam menghasilkan sebuah ide.

Kemudian dalam pandangannya tentang kompleks idea, Locke menunjukkan bahwa ide kita dibangun dari simple ide. Dimana pengetahuan yang lebih luas dan rumit adalah persepsi-persepsi yang kita terima dalam pikiran kita saling terhubung, adanya persamaan dan persetujuan, atau perselisihan paham, tentang segala gagasan kita. Dan itu menjadi sangat kompleks dalam pikiran kita ketika ada proses refleksi. Atau proses inteleksi lebih lanjut.

Tetapi terlihat bahwa Locke kurang konsisten ketika dia mengklaim bahwa ada tiga tingkat ide kita; yaitu intuitif, demonstrative dan sensitive. (IV 3, 21 dan IV p ff) Locke mengklaim bahwa kita mempunyai pengetahuan intutif terhadap keberadaan kita, pengetahuan demonstrative tentang keberadaan Tuhan, dan pengetahuan sensitif tentang keberadaan sesuatu yang sangat halus.6 Dia berusaha menjustifikasi pengetahuan kita pada keberadaan yang particular dengan menunjukkan pandangan bahwa ide kita sama seperti sesuatu yang menyebabkan mereka ada.

Tetapi bagaimanapun juga Locke adalah pembuka jalan baru dalam menemukan konsep ide. Mungkin disini kita melihat Dia kurang kritis dan lebih berusaha untuk membatasi pengetahuan tidak seperti kalangan Rasionalisme. Tetapi bagaimanapun juga dia adalah pioner dalam usahanya untuk melihat apakah dari pengalaman itu sendiri dapat membangun pengetahuan dari semua hal yang material.


B. George Berkeley (1685 – 1753).
Tampaknya disini ia berusaha untuk menyempurnakan kekurangan Locke dalam hal ketidakkonsistenan dengan doktrin empiris umumnya bahwa semua ide adalah terpisah dari pengalaman indrawi. Berkeley memberi kita gambaran dunia dalam sebuah istilah yang mungkin dapat kita sebut sebagai Locke yang “ disucikan”. Tetapi kesucian ini memebawa dia untuk memandang bahwa jauh lebih paradoksal dari pada yang dihasilkan Locke.bagaiman itu bisa terjadi?

Berkeley juga mengambil istilah yang dipakai Locke yaitu “Ideas” dan digunakan dalam kritik yang berbeda. Dalam karya awalnya, The New Vision Theory of Vision. 44 dia mendifinisikan “ide” sebagai sesuatu objek dari indra atau pemahaman yang segera. Dia tidak mengartikan pengetahuan / pemahaman, walaupun dalam The Principles of Human Knowledge,27 menunjukkan bahwa dia telah menggunakan kata ini dalam istilah “persepsi”. Dalam karya setelahnya; dia mengatakan bahwa untuk mempunyai sebuah ide, semua orang harus merasa dan mempersepsi. Dan dia sering menggunakan istilah “ide” dan “sensasi” sebagai pilihannya. Dalam Principle dia sangat hati-hati dalam mengklasifikasi ide-ide yaitu:
1. yang dicerap oleh indra
2. yang diterima dengan hadirnya nafsu dan system operasi pikiran.
3. dibentuk dengan bantuan memory dan imagination; ataupun pencampuran, pembagian, atau hampir tidak mewakili yang diterima dengan jalan tersebut.

Ide-ide yang ada dalam persepsi indra tidak tergantung kepada kehendak, ketika memory atau imaginasi dan ini menunjukkan sisi aktif. Ini mungkiin yang membedakan Berkeley dari empiris lainnya bahwa ide dari imagnasi adalah kurang teratur, tetap dan berbeda dengan indra (Principe, 29, 33). Ketika ide dari imaginasi menunjukkan sisi aktif dalam diri kita, Berkeley secara hati-hati berpandangan bahwa ide sendiri adalah pasif dan dia menambahkan sedikit perhatian akan menemukan untuk kita bahwa keberadaan ide menunjukkan kepasifan dan kelambanan di dalamnya (Principle, 25). Ide yang kita punya dalam persepsi adalah sepenuhnya pasif, dimana persepsi adalah seluruhnya juga pasif.

Lebih jauh lagi sebenarnya Berkely melanjutkan pandangan Locke. Tetapi akhirnya dia berpendapat bahwa ide dihasilkan didalam pikiran dengan sesuatu yang kita terima (kita cerap). Berkeley setuju bahwa ide harus di dalam pikiran, tetapi dia meolak bahwa mereka dapat dihasilkan dari sesuatu yang material diluar kita. Menurut Berkeley, kita dapat mempunyai pengetahuan tentang sesuatu yang fisik kecuali dengan jalan ide, dan disini kita dapat mempunyai pengetahuan yang bebas tentang sesuatu dan itu bagian dari ide. Ketika dengan persepsi kita mempunyai alasan untuk percaya hanya dengan apa yang kita cerap. Dan ketika semua persepsi ada dalam ide yang kita punya, kita dapat percaya kebenaran didalam keberadaanya. Tetapi kita tidak punya pembenaran untuk mempercayai adanya subtansi materi berada dibelakang ide tersebut. Tentang keberadaan ide, Berkeley berpikir bahwa materi itu ada jika kita persepsi atau kita dicerap. Inilah yang kemudian dikenal dengan teori, esse is percipi. adalah benar dengan definisi bahwa ide eksis (ada) jika itu kita persepsi cerap, dan disana tidak selalu sesuatu yang subtansinya materi.7

Menurut Berkeley ide tidak selalu berkaitan dengan sesuatu. Kita mencatat bahwa beberapa ide, yang kita namakan imaginasi adalah subjek untuk kehendak kita, dan disiini mungkin dapat dikatakan untuk menjadi dihasilkan kita. Untuk itu kita dapat melihat pemikiran Berkeley bahwa ide dihasilkan oleh pikiran atau spirit dimana spirit itulah yang kita bangun. Ide dari persepsi, tidak dihasilkan oleh diri kita, tetapi harus dihasilkan didalam pikiran kita dengan beberapa spirit lainnya, yaitu Tuhan. Spirit adalah satu-satunya sumber ide, dimana mereka satu-satunya sesuatu yang aktif. Ide selalu dicatat, menjadi pasif karena definisi. Tetapi menurutnya kita tidak mempunyai ide tantang Spirit (Tuhan) tetapi kita mempunyai beberapa pandangan tentang mereka, dimana kita dapat memahami apa yang kita maksud dengan kata Spirit itu dan karena kita mengetahui bahwa kita adalah sumber dari beberapa ide (Principles, 140)

Jika kita menghubungkan dengan pendahulunya, disini kita melihat Berkeley berusaha mengganti pandangan Lockean bahwa materilah menyebabkan ide dengan pandangan bahwa dalam pikiran kita terdapat ide hanya Spirit yang dapat melakukannya. Persepsi kita secara khusus disebabkan oleh Tuhan. Pencerapan adalah selalu materi yang mempunyai ide-ide tidak seperti yang dikatakan Locke bahwa mempunyai ide dimana dalam beberapa kasus menyerupai sesuatu tanpa pikiran. Dalam teori Berkeley tentang ide berhenti untuk diwakilkan dalam beberapa indra, dan walaupun mereka dihasilkan dalam pikiran mereka tidak dihasilkan oleh sesuatu yang material (Principle.26) Disini Berkeley mengindikasikan proses penerimaan ide ini sebagai bundle ide-ide. Dia ingiin mengatakan bahwa sesuatu itu ada ketika kita mengiindra mereka, dan ketika kita tidak mepersepsi mereka maka sesungguhnya keberadaan mereka dipertanyakan, bahkan menurutnya tidak ada.

Locke telah membedakan antara kualitas primer dan sekunder pada sesuatu yang material dan menurutnya adalah eksis. Dan Berkeley sama sekali berbeda ketika dia menolak pembedaan tersebut atau bahkan menolak keberadaan materi itu, ketika kita tidak mempersepsinya. Lebih jauh lagi dia berpendapat bahwa semua itu hanya sebuah kekuatan untuk menghasilkan ide dalam pikiran kita. Dalam hal ini sebenarnya Berkeley berbicara dalam masalah keberadaan subtansi materi yang menyebabkan ide dalam dir kita. Menurutnya Locke telah berusaha untuk menggabungkan kualitas skunder dengan sensasi dalam makna literal pengindraan.

Tetapi disisi lain, Berkeley tidak jelas dalam menerima perbedaan antara keduanya, dan kemudian dia menggabungkan keduanya kedalam “sensasi”. Dalam bukunya (Dialogue hal 203) dia memberikan beberapa argument, pertama untuk posisi bahwa kualitas sekunder adalah satu-satunya sensasi dalam pikiran kita dan kedua adalah pendapat bahwa disana tidak ada pembedaan antara kualitas primer dan sekunder. Pendapat yang pertama mirip dengan Locke. Menurutnya penggabungan rasa hangat dari api dengan perasaan sakit itu dihasilkan ketika itu terlalu panas. Dia berpandangan bahwa perasaan intensitas panas adalah tidak dibedakan dari rasa sakit dan dia menggambarkan kesalahan dalam menyimpulkan bahwa panas dari api pada dirinya adalah hanya sensasi dalam pikiran kita. Ketika kita tidak merasakan intensitas panas dan merasakan sakit adalah berbeda dan masih diperdebatkan., tetapi keduanya dapat dibedakan dalam fakta dari panas yang menyebabkan ide tersebut.

Bagaimana kita menerima kualitas itu adalah tergantung pada kondisi ketika kita mempersepsinya. Dari sini dia menyimpulkan bahwa tidak mungkin untuk mengatakkan bahwa ada kualitas yang dicerap adalah nyata dari sesuatu objek. Kesimpulan ini tidak benar ketika ini tidak diikuti dari fakta bahwa kita mencerap sesuatu dengan cara yang bebeda. Bagaimanapun juga, Berkeley menyimpulkan bahwa karena mereka bersifat dapat dihitung, kualitas yang nyata pada sesuatu harus nyata menjadi sensasi dalam pikiran kita.

Disini kita juga akan melihat adanya kesamaan dengan Locke, tetapi mungkin dia lebih mengembangkan argumennya tentang “kualitas primer”, yang mengindikasikan ukuran, bentuk dll, adalah juga dicerap secara berbeda dalam kondisi yang berbeda. Dia beranggapan bahwa untuk efek bahwa ukuran nyata harus menjadi relative terhadap ukuran yang dicerap. Dia menggambarkan kesimpulannya bahwa semua kualitas yang dicerap adalah sesuatu yang dapat diindera yang sebenarnya, dan itu adalah sensasi di dalam pikiran. Dalam teorinya dia mengindikasikan akan perbedaan antara kualitas yang dicerap dengan sensasi itu sendiri, menurutnya sensasi tidak selalu mengarah kepada sensasi segala sesuatu. Menurutnya kualitas yang dicerap harus diatributkan pada objek dan sensasi adalah pengalaman dari seseorang atau ide-ide yang dia punya. Ini jelas berbeda dengan Locke yang cenderung kaku dalam pendapatnya tentang sensasi dan hubungan antara kualitas primer dan sekunder dal objek.

Pada akhirnya. Berkeley berpandangan bahwa kita tidak menerima sesuatu tetapi kita mempunyai koleksi sensasi-sensasi, yang dapat dibenarkan, dan mungkin paradoks. Dia mengulang klaim bahwa pandangannya adalah lengkap dan sesuai dengan common sense tergantung pada pernyataan bahwa kita tidak mencerap sesuatu tetapi dengan sensasi itu bisa dilakukan, memberi kita pandangan, dan menunjukkan bahwa kita tidak mencerap sesuatu tapi hanya qualitas-kualitasnya saja. Dan nantinya inilah yang akan disempurnakan oleh Hume melalui bundle of percepci-nya.

Secara umum disetujui pada waktu itu bahwa persepsi adanya jarak dengan sesuatu harus datang sebagai akibat dari pengetahuan. Berkeley berpandangan bahwa kita tidak mempunyai pengetahuan tentang fakta ketika kita melihat sesuatu adanya jarak dari kita. Ini mungkin menjadi benar bahwa kekurangan dalam penglihatan sebagai jarak dari objek yang meningkat, tetapi kita tidak sadar terhadap persepsi objek. Dengan kata lain, ini tidak dapat menjadi benar dalam bagaimana kita melihat sesuatu sebagai jarak, kita tidak menganggap jarak sesuatu dalam cara ini. Berkeley bagaimanapun juga tidak mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman ini adalah satu, pada jarak terhadap objek. Di dalamnya dia mengatakan bahwa ide yang kita punya dan ide-ide khusus atau sensasi yang dihasilkan dengan gerakan mata dalam cara yang lebih khusus lebih baik sensasi jarak.

Inilah yang juga sedikit membedakannya dengan Locke, dimana Locke juga mengambil alih subjektivisme Descartes, bahwa apa yang paling kita ketahui adalah akal kita sendiri dan ide yang ada di dalamnya. Jadi disini ketika kita memasuki empirisme, persoalan yang melekat pada subjektivisme yang kita dapati pada Descartes. Jarak pemisah antara akal pikiranku bersama ide di dalamnya dengan objek jasmaniayah dan manusia dimana ide pikiran merujuk diluar diri kita, berada di alam sosial dan fisik. Bagaimana kita mengetahuinya jika kita telah terpaku untuk mengetahui kepastian hanya dengan ide pikiran kita? Bagaimana kita bisa mengetahui pengetahuan sejati tentang objek, jika objek itu sendiri terbebas dari akal kita di dunia ini? Inilah sebenarnya pertanyaan-pertanyaan yang telah berusaha dijawab oleh Locke dan Berkeley dan juga Hume.

Pandangan akhir Berkeley, sebagaimana yang kita lihat, adalah setiap indra bertanggung jawab dari keterpisahan dan pembedaan sensasi, dan disini hanya dihubungkan dengan pengalaman. Untuk mencerap atau mempersepsi selalu mempunyai rangkaian ide-ide atau sensasi. Satu-satunya yang selalu mampu memberikan kita ide sehari-hari dia menyebutnya sebagai Tuhan yang mempunyai unsur ide-ide ketika kita tidak mempunyainya. Saya kira inilah pandangan Berkeley yang lebih mengarah pada metafisika, walaupun dia sendiri tidak secara langsung mengindikasikan kesana. Dan ini yang membedakannya dengan dua tokoh besar empiris lainnya.


C. David Hume(1711 - 1776)
Mungkin dalam makalah ini akan lebih dalam melihat filsafat Hume, dengan begitu akan menjadi lebih jelas pendangan-pandangan sebelumnya, karena dia dikenal sebagai sang skeptis yang handal. Tentang pandangan terhadap ide atau pengetahuan dia akan terus mempertanyakan pertanyaan mendasar tentang bagaimana kita tahu? Apa yang menjadi asal mula pengetahuan dan apa yang menjadi batasan pengetahuan manusia? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang menggiring Hume dalam kesimpulannya bahwa sebenarnya manusia itu tidak memiliki pengetahuan, akan tetapi hanya sekedar memiliki keyakinan bahwa yang kita rasakan itu benar. Inilah hasil skeptisme dari Hume, tetapi yang perlu diteliti lebih lanjut adalah mengapa dia berpendapat seperti itu? Ini akan kita lihat dalam beberapa argumentnya.

Dia mengkritik doktrin adanya dua jenis pengetahuan. Sebagai seorang empiris dia berusaha mencari landasan bagi pengetahuan manusia melaui karyanya Treatise of Human Understanding, dan kemudian menunjukkan bahwa hanya ada satu landasan segala pengetahuan yaitu pengetahuan oleh persepsi panca indra. Dia bermaksud meruntuhkan keyakinan filsafat lama bahwa ada dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan yang biasa ditingkat bawah mengenai alam kasat mata, dimana Descartes menamakannya “ide” pemikiran indra yang membingungkan dan kedua adalah pengetahuan dengan penalaran sebagai sumbernya dan kepastian dimana Descartess menamakannya dengan kebenaran kejelasan dan kejernihan ide. Hume membantah ada dua jenis pengetahuan ini, menurutnya hanyalah ilusi. Menurutnya gagasan metafisika sebagaimana Plato dan Descartes merupakan produk dari kesombongan yang gegabah dan kepura-puraan yang angkuuh dan keluguan takhayul dari orang-orang yang meyakininya.8

Menurut Hume, kita tidak dapat mencapai dan mengetahuai alam realitas yang sebenarnya karena kita memahami bahwa ini merupakan pengetahuan yang tidak bisa dimiliki manusia, karena apa yang kita ketahui hanya terbatas pada persepsi panca indra. Untuk itulah kemudian Hume mempertanyakan dan bahkan menolak adanya subtansi material di dunia luar, menurutnya subtansi hanyalah rangkaian persepsi-persepsi yang pernah kita cerap dalam pikiran kita. Disini sanngat jelas perbedaan dan penolakan terhadap Locke, bahwa yang bisa kita ketahui hanyalah persepsi bukanlah objek. Karena kita tidak tahu secara pastoi bagaimana kaitan antara persepsi dan objek-objek diluar diri kita. Dan bahkan juga berbeda dengan Berkeley yang sebenarnya juga tidak percaya terhadap objek luar, akan tetapi dia masih mempercayai adanya subtansi rohani, yaitu Tuhan. Sedangkan disini Hume benar-benar ingin mengatakan bahwa subtansi itu sebenarnya hanyalah persepsi kita saja dan tidak ada diluar kita.

Lebih jauh lagi, ini jelas terlihat ketika Hume menganggap bahwa adanya kesadaran akan diri kita sangat tergantung kepada persepsi-persepsi yang kita dapatkan. Misalnya menurutnya, sewaktu tidur maka katanya kita tidak ada, dan lebh nyata lagi dalam kasus kematian.

Persepsi pengindraan; kesan dan gagasan. (Impresi dan ide)
Kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya dari kritik diatas adalah apa yang dimaksud dengan persepsi panca indra sebagai satu-satunya sumber dalam mendapatkan pengetahuan. Hume berusaha mengembangkan pandangan Locke dan Berkeley dengan membuat pembedaan antara dua bagian persepsi, yaitu impresi dan idea, atau kita sebut kesan dan gagasan, yang semuanya disebutnya sebagai “Ide’ atau pengetahuan. Menurutnya, setiap orang mengetahui perbedaan antara perasaan dan pemikiran. Perasaan adalah suatu hal dalam kesan yaitu terdiri dari sensasi dan emosi. Sedangkan berpikir adalah ide atau gagasan. disini menjadi sangat jelas bahwa ide yang dimaksudkan hume adalah gambaran mental.9
Kesan dalah sensasi, hasrat dan emosi seketika, data atas aktiftas melihat, menyentuh, mendengar, keinginan, mencintai membenci seketika, dll. Sedangkan Gagasan adalah gambaran salinan atau samaran dari kesan, misalnya apa yang kita dapatkan ketika berpikir atau mengingat kesan seketika itu10

Akan tetapi ternyata tidak sesedarhana itu, dia kemudian membaginya lagi kedalam pembedaan antara kesan yang sederhana dan kesan yang lebih rumit sebagai gambaran kesan-kesan tadi. Menurutnya” bahwa setiap gagasan sederhana memiliki kesan sederhana yang bersisi sama dan setiap kesan sederhana merupakan pembawa gagasan. Menurutnya ide sederhana adalah salinan dari kesan. Dan inilah yang akan menghasilkan ide yang lebih kompleks. Hume telah siap untuk menerima pengalaman berpikir sebagai yang menyediakan prinsip-prinsip bahwa semua ide ini adalah terpisah dari kesan.

Teori Hume tentang persepsi adalah salah satu yang bagian paling skepstis dalam usahanya. Misalnya itu terlihat ketika dia memulai pada bab “” skeptisme terhadap indra” dalam karyanya Treatise I iv 2, dengan menekankan bagaimana kita harus mempercayai dalam keberadaan tubuh terbebas dari pikiran kita. Tetapi dia menyimpulkan bahwa apakah indra kita menceritakan kita tentang dunia yang terbebas dari objek.

Sebagaimana filosuf lainnya pada waktu itu, Hume menggunakan istilah persepsi” untuk beberapa isi dari pikiran (ide), dan semua perbuatan atau aksi melihat, mendengar, membenarkan, mencinta membenci dan berpikir, jatuh dibawah dominas persepsi tersebut. (Treatise III I I hal 456). Karena alasan ini dia berpikira secara aksiomatik bahwa ketiadaan adalah pernah hadir dalam pikiran tetapi itu adalah persepsi. Lebih jauh lagi Hume menggunakan istilah yang sama yaitu “ide” dalam pemikiran emprisnya. Dan kemudian dia membagi dua macam persepsi yang dinamakannya dengan impresi dan ide. Dan dia membenahi bahwa ini adalah indra murni, dan menurutnya telah disesatkan oleh Locke. Ide atau sesuatu yang sederhana merupakan copy dari impresi-impresi(kesan), dan kemudan akhirnya mungkin dibedakan dari pembentuk dengan kekuatan besar. Sehingga Hume kelihatannya ingin membedakan antara impresi dan ide sesuatu yang berbeda dan bertingkat. Dia menggunakan istlah persepsi sebagai ganti dari impresi, membicarakannya sebagai yang pasif yang berbeda dengan kegiatan akktis dalam berpikir, dan dia juga menggunakannistlah sensasi sama dengan apa yang dimaksudkan dengan impressi (Treatise I iv 2 hal 189) 11

Hume membagi dua macam ide yaitu ide memori dan ide imaginasi. Menurutnya ide memori lebih hidup dan memiliki kekuatan dari pad aide yang dihasilkan dari imaginasi. Menurut prinsip umum, keduanya harus telah didahului oleh kesan (impresi). Hume berpikir bahwa memori sebagai sesuatu yang ada dalam pikiran sebagai rangkaian dari pengalaman sebelumnya. Sebenarnya kalau kita lihat ini metode yang dipakai hampir mirip dengan pandangan Locke, akan tetapi akan menjadi sangat berbeda karena basisnya juga berbeda dengan terlebih dahulu Hume menolak adanya Subtansi materi dan menggantinya dengan pembedaan dua ide diatas. Sebenarnya disinilah Hume membuat suatu argument empiris yang penting bahwa kita tidak bisa tahu sesuatu jika sebelumnya kita tidak memiliki kesan yang di dapat panca indra

Ketika Hume menganggap bahwa Impressi adalah pasif dan ketika istilah itu mendukung, dia tidak membuat perbedaan antara kesan dan gagasan dalam istilah kepasifan yang membentuk ide. Penjelasan bahwa Hume berusaha untuk menggunakan kesan dan gagasan sebagai bahan dalam menyusun pengetahuan sesuatu yang lain telah disusunya. Dia setuju bahwa persepsi adalah sejajar dengan subtansi dalam sistemnya, ketika mereka hanya berbeda, terpisah dan sesuatu yang terbebas. Untuk alasan yang sama dia meyebutkan bahwa disana tidak ada sesuatu yang tidak mungkin dalam pendapat adanya persepsi yang tidak dicerap, yaitu persepsi yang terpisah dari rangkaian persepsi yang dalam pandangannya mendasari pikiran. Ini terlihat ketidak konsistenan Hume untuk mendefinisikan kesan dengan hubungan terhadap pikiran, atau istilah lainnya dalam kepasifan. Sebagaimana Berkeley dalam kasus ketika membagi tingkatan ide. Ini akan terlihat jelas ketika istlah-istilah; seperti impresi/kesan, sensasi dan persepsi adalah dimaksudkan dalam kepasifan.

Didalam menjawab, permasalahan bahwa adanya ide imaginatf yang dihasilkan pikiran, sebagaimana teori Berkeley yang menyandarkannya pada kekuatan Spirit, yaitu Tuhan. Maka disini Hume berusaha untuk menjahui itu dan dia menjawabnya dengan membedakan antara ide dengan kesan tanpa merujuk kepada pemiliknya. Menurutnya ide selalu menjadi ide-ide seseorang, dan itu sama benarnya dengan sensasi. Ini mirip dengan mempersepsi adalah selalu dilakukan oleh beberapa orang. Disamping apa yang Hume katakan, bahwa gagasan terhadap persepsi yang tidak dicerap, adalah persepsi yang tidak ada pemiliknya, tidak dibuat oleh seseorang dan nampak menjadi tidak konsisten.

Yang menjadi permasalahan Hume selanjutnya adalah tentang masalah Subtansi. Dia menganggap bahwa persepsi adalah subtansi dunia dalam teorinya. Inilah yang nantinya dia menyebutnya sebagai rangkain persepsi (bundle of percepetion). Tetapi dia mempertanyakan ada yang salah dalam subtansi yang biasa. Objek Hume dalam pendapatnya bahwa sesuatu yang biasa dapat disebut subtansi, bahkan dengan pengindraan yang sederhana itu adalah sesuatu yang eksis dan tidak terikat. Ini sama ketika kita mengetahui dengan mempersepsi adalah objek langsung dalam pikiran.

Disini Hume tidak setuju dengan Berkeley yang mempertanyakan ketika kita mempunyai pengetahuan dalam pikiran terbebas dari persepsi kita, tetapi setuju dengannya dalam berpikir bahwa hanya cara yang berbelit-belit yang susah dalam mewakili teori persepsi bahwa kita hanya memiliki pengetahuan dengan persepsi. Implikasi dari pandangan ini adalah Hume meyakini bahwa secara natural percaya akan bukti indra kita dan mereka kelihatannya ingin menceritakan kepada kita, bahwa dunia tidak dapat menjadi materi dari persepsi, dan ketika akal tidak dapat membenarkan itu, ini harus dalam kaitan dengan imaginasi. Kesan kita mempunyai tingkatan koheren dan imaginasi mengajak dalam perbuatan. Imaginasi harus menjadi attribute dalam gagasan kita. menurut Hume tidak hanya materi persepsi dalam batasan indra ini juga melibatkan imaginas, dan ini membawa kepercayaan dalam keberadaan objek yang eksis dan terbebas dari kita.

Secara umum, Hume cenderung untuk mengambil implikasi dari filsafat Berkeley untuk keekstreman nya. Tetapi dia tetap mempertahankan kepercayaan natural kita tentang dunia, ketika pada waktu yang sama dengan tegas bahwa hanya objek yang dipersepsi yang disebutnya dengan kesan, dan dia berpikir bahwa objek material atau apapun kitasering menyebutnya adalah selalu rangkaian dari kesan. Hume dengan kata lain, berpegang pada pandangan bahwa akal dapat memberikan bukan pembenaran terhadap kepercayaan kita dalam objek materi, tetapi juga merealisasikannya bahwa keduanya adalah natural dan berarti untuk menunjukkan bahwa memang disana ada objek material. Jika ini memang benar pandangan Hume, maka ini sungguh tidak memuaskan dan menenggelamkan sekeptisme yang telah dibangunnya.

Kesimpulan.
Setelah kita melakukan analisa terhadap ketiga tokoh Empirisme yaitu Locke, Berkeley dan Hume, terlihat beberapa perbedaan diantara ketiganya walaupun sebenarnya mereka tokoh utama empirisme yang mempercayai pengalaman Indrawi. Sebagaimana tesis saya di awal bahwa di dalam teori mereka tentang ide atau pengetahuan, mereka mengarah kepada pandangan bahwa pengalaman indrawi adalah sumber yang pasti di dalam memperoleh pengetahuan atau “ide”.
Ini terlihat ketika ketiganya berusaha menyandarkan teorinya pada pandangan tersebut, walaupun jika kita lihat Locke sebagai pioner memang secara pasti menerima objek di luar sebagai sumber yang valid bagi pengetahuan kita, dengan menjatuhkan semangat Cartesian. Pandangan Locke tentang ide masih sederhana dalam semangat empirisme. Akan tetapi berbeda dengan Locke, Berkeley yang walaupun dia mempercayai apa yang dikatakan Locke dalam tataran proses, tetapi dia tetap menganggap bahwa sumber ide adalah spirit atau Tuhan, hal ini didasari karena dia tidak bisa menerima adanya subtansi materi yang menghasilkan ide, sebagaimana teori Locke. Disisi lain, setelah beberapa waktu, Hume tampil dengan lebih sekeptis, dimana dia menyetujui beberapa aspek dari keduanya dan menolak beberapa yang menurutnya ada yang salah dari keduanya, yaitu mempertanyakan ulang apa yang disebut pengetahuan itu hanya pencerapan yang sesederhana teori Locke atau Berkeley? Dia berusaha menemukan kelemahan dan menunjukkan teori baru dan argument yang lebih dalam tentang pembagian ide kedalam dua bagian yaitu kesan dan gagasan. Walaupun disini saya melihatnya, Hume mengembangkan kekurangan dari kedua tokoh sebelumnya( mengembangkan metode Locke)
Kemudian mereka menganggap bahwa semua dunia material bagi pengetahuan itu sendiri adalah terpisah dari diri kita, hal ini akan tampak dalam kritikan mereka terhadap pandangan rasionalisme. Ini memang menjadi konsekuensi dari pandangan empirisme mereka, akan tetapi ternyata ketiganya juga berbeda dan hal ini terlihat dari teori-teori mereka tentang persepsi, sensasi, impressi dalam mendapatkan ide. Hal itu jelas terlihat, ketika permasalahan persepsi telah dibahas oleh Locke, kemudian dilanjutkan Berkeley dan disempurnakan oleh Hume. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan saya disini adalah apakah keterpisahan itu hanya dalam ranah ontologis ataukah dalam pembicaran epistemologis? Karena saya melihat perbedaaan ketiganya dalam memandang dunia luar apakah terpisah dengan pengetahuan kita tidak jelas dan bahkan hanya dalam tataran psikologis. Walaupun jika kita teliti lebih dalam, saya melihat pembicaraan mereka seharusnya mengarah kepada sisi epistemologis.
Kemudian ketika ketiganya dihadapkan dengan kalangan Rasionalis maka saya melihat adanya adanya kesan bahwa mereka berusaha “membatasi” pengetahuan. Dalam artian, mereka berusaha mempertanyakan dan bahkan menolak bahwa kita sebenarnya mempunyai pengetahuan yang dapat dijustifikasi hanya dengan pikiran itu sendiri. Dan itu akan mendewakan akal kita, sedangkan menurut mereka ada realitas diluar kita. Walaupun ketiganya berbeda dalam memandang dunia luar.
Dan lebih khusus tentang permasalahan ide, saya masih setuju dengan setatement awal saya bahwa perbedaan ketiga tokoh tersebut telah tampak pada persoalan “sumber ide” dan “bagaimana ide itu mereka dapatkan”. Dan konsekuensinya adalah terhadap konsep atau pemaknaan mereka tentang “ide” itu sendiri. Ide bagi Locke adalah dhasilkan dari lluar kita, menurut Berkeley sumber ide adalah Tuhan dan Hume menganggap bahwa sumber ide hanyalah rangkaian persepsi-persepsi dari pengalaman keseharian kita yang sudah kita anggap benar, dan menjadi sebagai sebuah ide dalam pikiran kita.

Bibliography

· Arner. Douglas.G. Perception, Reason, & Knowledge. Arizon State University. London. 1972
· Hamly. D.W. Sensation and perception. A History of the Philosophy of Perception. The Humanities press. New York: 1961
· Hardiman. F. Budi. Filsafat Modern. Dari Machiavelli sampai Neithche. Gramedia. Jakarta. 2004
· Kenny, Anthony. The Rise of Modern Philosophy. Volume 3. Clarendon Press. Oxford; New York. 2006 (PDF file)
· Lavine. T.Z. David Hume. Risalah Filsafat Empirisme. Jendela. Yogjakarta: 2003


Muhammad Abduh Ali Saputra.

Bumi Serpong Damai, 20 Mei 2009

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda